Minggu, 21 Februari 2010

anak hiperaktif?????


 tadi pagi, leo lagi-lagi berbuat ajaib.... kali ini alasannya pantatnya capek, padahal sepagi dia asyik berlarian kesana kemari, menggoda teman-temanya... kursi saya juga tak luput dari keaktifannya..sempat berfikir, jangan-jangan ni anak hiperaktif....
 *******
 Konsep tentang hiperaktifitas berawal di Inggris pada awal kurun ke-19. Penjelasan klinis pertama diungkap pada tahun 1902 oleh seorang dokter anak,Profesor Sir George Frederik Still. 
 Still berpendapat bahwa tingkah laku anak yang menjadi terlalu aktif dan sukar dikendalikan berawal dari
adanya gangguan fungsi pada lapisan luar (corteks serebrum) otak.Namun, akhir-akhir ini para ahli menyimpulkan bahwa gangguan ini tak hanya bersifat fisik semata, tapi juga dapat berupa gangguan psikis. 
Anak hiperaktif memang memiliki 'kelebihan energi' dibanding anak lain.Umumnya,mereka tidak bisa lama duduk diam, terlalu lasak, impulsif, resah,suka merusak benda, dan memiliki rentang perhatian yang pendek
Tiga gejala utama
Meski secara mudah anak-anak yang memiliki 'kelebihan energi' ini disebut hiperaktif, istilah khusus yang lebih tepat menggambarkan kondisi mereka adalah ADHD(Attention Deficit Hyperactivity Disorder). Seorang anak yang memiliki gangguan ADHD memiliki tiga gejala utama yang nampak dalam perilakunya, yaitu inatensi, hiperaktif, dan impulsif.
 Gejala inatensi (rendahnya pemusatan perhatian) dapat dilihat dari  kegagalan seorang anak dalam memberikan perhatian secara utuh terhadap sesuatu hal. Anak tidak mampu mempertahankan konsentrasinya dalam rentang waktu cukup lama, dan mudah sekali beralih perhatian dari satu hal ke hal lain.
Gejala hiperaktif dapat dilihat dari perilaku anak yang tidak bisa diam.Duduk dengan tenang merupakan sesuatu yang sulit dilakukan anak yang mengalami ADHD. Ia akan bangkit dan berlari-lari, berjalan ke sana kemari, bahkan memanjat-manjat. Di samping itu, ia cenderung banyak bicara, meski kadang tidak jelas.
Sementara gejala ketiga adalah impulsif yang ditandai dengan kesulitan anak untuk menunda respon. Anak seperti mengalami dorongan untuk melakukan sesuatu secara tidak terkendali. Dorongan tersebut mendesak untuk diekspresikan dengan segera dan tanpa pertimbangan. Seperti, perilaku tidak sabar, meloncat dari ketinggian, dll. Sisi lain dari impulsivitas membuat anak berpotensi tinggi untuk melakukan aktivitas yang membahayakan, baik bagi dirinya sendiri maupun orang lain.Namun, sebelum sampai pada diagnosis ADHD, masih ada beberapa syarat yang harus dipenuhi. Misalnya, tiga gejala awal tadi sudah menetap minimal 6 bulan, dan terjadi sebelum anak berusia 7 tahun. Gejala-gejala tersebut muncul setidaknya dalam 2 situasi, misalnya di rumah dan di sekolah.


Masalah di sekolah dan di rumah
 Anak hiperaktif umumnya tidak mampu mengikuti pelajaran yang disampaikan oleh guru dengan baik. Konsentrasi yang mudah terganggu membuat anak tidak dapat menyerap materi pelajaran secara keseluruhan. Rentang perhatian yang pendek juga membuat anak ingin cepat selesai bila diminta mengerjakan tugas-tugas sekolah. Kecenderungan berbicara dengan nada tinggi akan mengganggu anak dan teman bermain. Kadang malah membuat guru menyangka bahwa mereka tidak memperhatikan pelajaran. Anak hiperaktif seringkali mengalami kesulitan membaca, menulis, bahasa, dan matematika. Apalagi, ketrampilan motorik halus mereka secara umum memang tidak sebaik anak lain.
Secara psikologis, anak hiperaktif juga lebih mudah cemas dan kecil hati. Selain itu, ia mudah mengalami gangguan psikosomatik (gangguan kesehatan yang disebabkan faktor psikologis) seperti sakit kepala dan sakit perut. Hal ini berkaitan dengan rendahnya toleransi mereka terhadap frustasi, sehingga cenderung emosional. Salah satu efeknya, misalnya, anak hiperaktif
cenderung keras kepala dan mudah marah bila keinginannya tidak segera dipenuhi. Tanpa pengertian yang luas, anak kadang dipandang nakal baik di lingkungan pertemanan maupun keluarga. Karena sering dibuat jengkel, orang tua sering memperlakukan anak secara kurang hangat. Orang tua kemudian banyak mengontrol anak, penuh pengawasan,banyak mengkritik, bahkan memberi hukuman. Dari sini, anak membuat reaksi balik dengan cara menolak atau berontak. Akibatnya muncul ketegangan antara orang tua dengan anak.  Kondisi tegang (stress) ini dapat memicu tumbuhnya suasana kurang nyaman dalam rumah. Akibatnya anak menjadi lebih mudah frustrasi. Kegagalan bersosialisasi yang tidak segera diatasi bahkan dapat menumbuhkan konsep diri negatif dalam diri anak. Anak akan merasa bahwa dirinya buruk, selalu gagal, tidak mampu, dan ditolak.
Masalah fisik dan komunikasi
Secara umum anak hiperaktif memiliki tingkat kesehatan fisik yang tidak  sebaik anak lain. Beberapa gangguan seperti asma, alergi, dan infeksi  tenggorokan sering dijumpai. Pada saat tidur biasanya juga tidak setenang anak-anak lain. Banyak anak hiperaktif yang sulit tidur dan sering terbangun  pada malam hari. Selain itu, tingginya tingkat aktivitas fisik anak
juga  berisiko tinggi untuk mengalami kecelakaan seperti terjatuh, terkilir, dan sebagainya
 Anak hiperaktif biasanya suka berbicara. Dia banyak berbicara, namun sesungguhnya kurang efisien dalam berkomunikasi. Gangguan pemusatan  perhatian membuat dia sulit melakukan komunikasi yang timbal balik. Anak  hiperaktif cenderung sibuk dengan diri sendiri dan kurang mampu merespon lawan bicara secara tepat.

 Beberapa faktor penyebab
 Kemunculan ADHD pada anak sampai saat ini diyakini karena terjadinya disfungsi pada zat di otak yang bernama dopamin. Dopamin ini berguna untuk  memelihara proses konsentrasi.
Kasus hiperaktif bisa dialami setiap anak dari setiap ibu. Namun peluang  ini dapat menjadi lebih besar pada kasus kelahiran 'bermasalah'seperti  proses melahirkan yang memakan waktu lama, persalinan dengan cara vakum atau  keracunan kehamilan (eklamsia). Di samping itu faktor-faktor seperti bayi yang lahir dengan berat badan rendah, ibu yang terlalu muda, ibu
yang merokok dan minum alkohol juga meninggikan peluang kelahiran bayi hiperaktif

Penanganan
Bila anak anda memiliki segala gejala yang disebut diatas, atau telah  mendapat diagnosa hiperaktif, tak perlu cemas. Bagaimanapun, orangtualah  pemegang peranan utama dalam mengendalikan perilaku anak hiperaktif ini.  Beberapa cara yang dapat dilakukan orangtua antara lain, pertama, member  dorongan verbal berupa kalimat yang positif. Misalnya, "Ummi bangga
deh sama  Irfan karena Irfan bisa makan dengan tenang."  Kedua, terapkan sistem reward (penghargaan) atas perilaku positif anak.  Prinsipnya adalah perbaikan tindakan bisa menghasilkan hadiah. Ajak anak  untuk mencatatkan prestasinya.  Ketiga, sediakan lingkungan yang teratur dan mendukung. Tetapkan jadwal  kegiatan dan letakkan barang yang teratur di kamar anak. Bantuan seluruh  keluarga besar juga sangat membantu menciptakan iklim yang baik bagi anak. Keempat, metode profesional. Mintalah bantuan ahli untuk menangani
anak hiperaktif.

Jumat, 19 Februari 2010

menumbuhkan minat baca pada anak

Apakah tidak terlalu cepat mengajarkan membaca pada anak usia dini? Seringkali pertanyaan ini muncul dikalangan kita pemerhati pendidikan anak. Ya kalau membaca seperti anak SD memang masih terlalu cepat,tapi kalau dilakukan untuk menumbuhkan minata anak terhdap kebiasaan membaca. Tidak perlu ragu bukan untuk memulainya sejak awal J

Paling tidak ada beberapa syarat yang mesti diperhatikan saat kita berusaha menumbuhkan kebiasaan ini yaitu :

  1. Suasana yang dibangun harus menyenangkan,
  2. Jangan memaksa. Jika anak sudah terlihat bosan, hentikanlah… dan jangan ragu-ragu mengulangnya di lain waktu.
  3. Jangan pasang target- target tertentu, missal sekian bulan harus sudah hapal 20 huruf… wah, jika itu terjadi yang ada bukannya tercapai tapi malah bikin kita tambah stress J
  4. Berikan contoh yang nyata. Anak yang tumbuh dari keluarga yang suka membaca akan lebih mudah menumbuhkan sikap cinta baca.

Nah, sebelum kita bergerak ke ranah bagaimana, ada baiknya kita tahu apa yang mendasari kenapa kita perlu menumbuhkan minat baca ke anak. Secara teoritis anak mulai membangun kepekaan terhadap dunia sekitar sejak dini, mulai dari mereka bereaksi terhadap apa yang mereka lihat, dengar, rasa dan cium di sekelilingnya. Hal itu dilanjutkan dengan proses belajar dan mengembangkan diri secara terus-menerus dan terakumulasi di sepanjang hidupnya. Salah satu bagian dari proses belajar dalam masyarakat manapun adalah membaca dan menulis dan berpuncak kepada pemahaman bahasa atau symbol yang digunakan masyarakat untuk berkomunikasi, dan tentu saja ini bermanfaat untuk kehidupannya.

Perkembangan kemampuan membaca pada anak diperkuat melalui aneka pengalaman,misalnya : bercerita tentang hasil karya anak, dibacakan cerita, saat menggambar dan menulis, menyanyikan lagu, membaca sajak, mengajukan pertanyaan, bergaul dengan orang lain dan berada di lingkungan yang banyak tulisan.

Nah, berikut ada beberapa cara mudah untuk mengajarkan anak membaca tanpa target namun menyenangkan :

  1. Tempel nama
  2. Huruf dimana-mana
  3. Kartu gambar
  4. Lagu-lagu
  5. Bacakan cerita
  6. Buat buku bersama

Jika anak mulai bosan, jangan terlalu memaksakan anak, ganti metode dengan metode yang lainya atau lakukan bergantian. Ada baiknya pula kita peka terhadap bahasa tubuh anak, apakah anak mulai capek mendengarkan cerita atau anak malah antusias pada suatu aktivitas tertentu. Dengan mengatur pola dan jadwal yang fleksibel sesuai ritme biologis anak akan membuat metode menjadi lebih efektif.

Ada baiknya juga jika kegiatan membaca itu dikaitkan pula dengan kesenangan anak, misalnya si buyung suka mobil-mobilan akan lebih efektif jika anak diajak merangkai membuat buku cerita yang ada kaitanya dengan mobil-mobilan.

Jangan terpaku dengan segala hal yang buatan pabrik, jadilah fasilitator anak yang kreatif.adakalanya gambar-gambar kalender menarik untuk dibuat sebagai kartu bergambar, atau bahkan memulai dari bungkus makanan kesukaan anak? Mengenalkan membaca tidak harus dalam kondisi yang formal, dalam segala suasana dan waktu bisa terjadi.

Yang terakhir, karena ini bukan merupakan pendidikan formal, jangan terlalu memaksa memaparkan kegiatan secara terus-menerus karena bisa dikhawatirkan anak malah akan menjadi bosan ketika saatnya benar-benar belajar di sekolah.

Ok. Semangat mencoba